Jangan Hitung Kalori

ANCEL KEYS

Di tahun 1944 Ancel Keys, Ph.D., membuat penelitian tentang kelaparan. 

Setelah perang dunia kedua, kelaparan mewabah di beberapa negara. Keys ingin meneliti prosesnya dan mencari solusinya.

36 sukarelawan berpartisipasi dalam studi ini yang diadakan di Universitas Minnesota. 

Awalnya mereka diberi makan komplit plus pencuci mulut (sekitar 3200 kalori) sehari tiga kali selama 12 minggu. 

Lalu suatu saat dimulailah pengurangan porsi secara drastis. 

Para peserta diberikan makan hanya dua kali sehari pagi dan sore dengan porsi yang sangat sedikit. 

Setelah 24 minggu kelaparan, para peserta tidak hanya turun berat badan tapi mengalami banyak masalah kesehatan. 

Tubuhnya terasa lemah dan dingin, terjadi pendarahan, persendian sakit dan beragam masalah mental-psikologis. 

Banyak yang depresi, sampai nekat memotong jari tangannya karena stres tidak bisa berhenti memikirkan makanan. 

salah satu peserta: sam legg menjadi sangat kurus

Para partisipan penelitian ini mengkonsumsi presentasi makronutrisi harian: protein 25,5% (100 gram), lemak 17,2% (30 gram), dan karbohidrat 57,3% (225 gram).

Rata-rata kalori dari makanan: 1570 kalori per hari.

Sekarang, coba kita bandingkan dengan eksperimen lain 25 tahun kemudian. 

JOHN YUDKIN

Di akhir tahun 1960-an, Dr. Yudkin di Universitas penelitian yang serupa tapi tak sama.

Kala itu, Dr. Yudkin dan timnya selama 15 tahun menjalankan klinik pelangsingan dengan metode diet rendah karbohidrat.

Metodenya mendapatkan banyak kritikan karena merawat orang yang obesitas dengan diet rendah karbohidrat yang diasumsikan akan membuat partisipan diet ini malnutrisi. 

Maka dari itu, dia merancang sebuah penelitian untuk melihat kecukupan gizi esensial pada diet rendah karbohidrat. 

Dengan jumlah 11 partisipan berusia 21-51 tahun diawasi pola makannya yang normal selama dua minggu. 

Setelah itu, para peserta diinstruksikan untuk mengikuti diet rendah karbohidrat selama dua minggu lagi. 

Para peserta diminta mengkonsumsi diet rendah karbohidrat dengan mengkonsumsi lebih banyak daging, ikan, telur, keju, mentega, krim, dan sayur-sayuran hijau.

Jumlah karbohidrat dibatasi tidak lebih dari 50 gram per hari. 

Rata-rata presentasi makronutrisinya sebesar: 21,3% protein (83 gram), 60,6% lemak (105 gram), dan 17,1% karbohidrat (67 gram).

Banyak yang merasakan kesehatan yang membaik, pikiran lebih tenang karena tidak mudah lapar bahkan mereka makan hanya sekitar 1560 kalori saja per hari. 

Jumlah kalori yang hampir sama dengan eksperimen kelaparan oleh Dr. Keys. 


Tapi dengan berbedanya konsumsi dari komposisi makronutrisi, hasilnya juga berbeda. 

Studi yang pertama harus dipaksa mengurangi kalori dan merasakan depresi serta beragam masalah kesehatan. 

Studi yang kedua pengurangan kalori terjadi alami dan para partisipan merasa sehat dan tidak bermasalah kesehatannya.  

MORGAN SPURLOCK

Di tahun 2004, Morgan Spurlock membuat eksperimen dengan mengkonsumsi 5000 kalori per hari selama 30 hari. 

Dia mendokumentasikan eksperimen ini dalam film dokumenter berjudul: Supersize Me

Semua makanannya dibeli di restoran cepat saji Mcdonalds yang tinggi karbohidrat dan gula seperti kentang serta soda. 

Beratnya naik 11,1 kilogram dalam waktu sebulan. 

Dia menyalahkan restoran cepat saji, namun dibantah film dokumenter lainnya berjudul: Fathead yang malah bisa turun berat badan hanya mengkonsumsi makanan di restoran cepat saji. 

Bedanya makanan cepat saji yang bisa menurunkan berat badan tidak menggunakan kentang, tapi lebih ke ayam dan mengurangi karbohidrat serta gula.

Namun, konsumsi makanan cepat saji oleh Morgan Spurlock ini tinggi karbohidrat selain membuat dia kelebihan berat badan juga meningkatkan kolesterol, membuat pembengkakan hati, jadi sering sakit kepala dan depresi. 

Seorang dari Swedia, Paulo Roberto juga membuat film dokumenter untuk televisi dengan mengkonsumsi makanan cepat saji yang tinggi karbohidrat dan berat badannya naik sampai 15 kilogram hanya dalam waktu 2 minggu!

Profesor Nyström juga membuat penelitian dengan 12 orang yang memakan makanan normal tapi ditambah sedikit karbohidrat dari makanan cepat saji selama empat minggu. 

Hasilnya bisa ditebak, kenaikan berat badan dengan rata-rata sebanyak 6,4 kilogram.  

SAM FELTHAM

Pada suatu eksperimen selama tiga minggu, Sam Feltham mengkonsumsi makanan secara berlebihan sebanyak 5794 kalori secara rata-rata per hari . 

Feltham mengikuti pola makan diet rendah karbohidrat dengan membatasinya maksimal  10% saja, sisanya tinggi lemak dan protein sedang. 

Seharusnya, menurut perhitungan kalori berat badannya akan melonjak tinggi sampai bertambah hingga 7,5 kilogram selama tiga minggu itu. 

Tapi kenyataannya, beratnya hanya naik sedikit sebesar 1,7 kg saja.  


Walau konsumsi makanannya meningkat, pembakaran kalorinya juga meningkat. 

Jadi penghitungan kalori yang masuk dan keluar tidak sesederhana matematika biasa. 

Ada banyak faktor termasuk metabolisme dan hormonal. 

Banyak orang yang mencoba berdiet tapi susah turun berat badannya.

Oleh karena, walau sudah mengurangi kalori yang masuk dari makanan tubuhnya juga mengurangi pengeluaran kalori dengan menurunkan metabolisme. 

Makanya orang yang kurang makan akan merasa lemas dan dingin, metabolismenya turun serta merasa kelaparan selalu. 

Jadi, solusi untuk menurunkan berat badan khususnya lemak tubuh bukan dengan berdiet atau mengurangi makanan. 

Tapi memilih makanan yang tepat seperti protein dan lemak, dan menghindari karbohidrat. 

Protein akan meningkatkan metabolisme dan menciptakan rasa kenyang yang lama. 

Lemak juga akan membuat gula darah stabil karena tidak memicu hormon insulin. 

Sedangkan karbohidrat akan memicu insulin karena konsumsi karbohidrat meningkatkan kadar gula darah. 

Gula darah yang ketinggian tidak baik untuk tubuh dan merusak organ-organ. 

Maka dari itu, insulin bertugas menurunkan gula darah dengan menyalurkannya ke otot serta liver sebagai cadangan glikogen (hanya sekitar 100 gram saja cadangan di liver). 

Dan sisanya akan diubah liver menjadi lemak tubuh. 

Selama insulin tinggi, tubuh tidak akan membakar lemak karena dalam mode penyimpanan lemak. 

Lalu lama-kelamaan setelah seringnya mengkonsumsi karbohidrat secara berlebihan, kadar insulin akan selalu tinggi (hyperinsulinemia). 

Keadaan ini akan membuat gula darah fluktuatif, cepat naik dan turun, sehingga seseorang akan sering mudah merasa lapar walaupun sudah makan beberapa waktu sebelumnya serta memiliki banyak cadangan energi berupa kelebihan lemak di tubuh. 


Untuk lepas dari lingkaran setan karbohidrat adalah dengan berpantang karbohidrat. 

Kecanduan karbohidrat (termasuk craving yang manis-manis) harus dihilangkan. 

Karbohidrat tidak penting, tidak esensial untuk dikonsumsi. 

Tubuh bisa memenuhi kebutuhan glukosa dari protein yang dikonsumsi lewat proses glukoneogenesis. 

Malah dengan berpantang karbo dan makan protein serta lemak (yang keduanya esensial harus dikonsumsi), maka tubuh akan lebih sehat.

Berikut adalah penelitian tentang diet rendah karbohidrat yang dilakukan selama 6 bulan: 

Tak perlu ragu diet rendah karbohidrat, riset membuktikan selain turun berat badan, total kolesterol dan trigliserida juga turun..


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12106620

Dan banyak penelitian lain yang membandingkan diet rendah karbohidrat lebih efektif dan lebih menyehatkan dibandingkan diet rendah lemak atau pengurangan kalori biasa. 

Silahkan buka Google Scholar atau PubMed, jangan hanya tahu dari mendengar apa kata orang atau membaca media yang bias dan menulis sekilas bukan keseluruhan. 

Bacalah jurnal-jurnal ilmiah dan penelitian yang terkini secara menyeluruh. 

Lengkapi informasi dan cari tahu kebenaran secara lebih pasti. 

Update pengetahuan jangan ketinggalan wawasan!

Salam sehat tanpa karbo/gula

Sumber: 
Dr. Michael R. Eades (Protein Power)

Dr. Andreas Eenfeldt (Diet Doctor)

Dr. Peter Attia (Eating Academy)

Dr. Jason Fung (Obesity Code)

Dr. William Davis (Wheat Belly)

Dr. David Perlmutter (Grain Brain)

Dr. John Yudkin & Dr. David Ludwig