Berdiet Jangan Terlalu Berat
Jangan diet berlebihan…
Baca studi tentang starvation oleh Ancel Keys di Minnesota; http://m.jn.nutrition.org/content/135/6/1347.full
Banyak orang terobsesi ingin turun berat badan, ingin sehat dan fit, semangat diet.
Tapi diet yang terlalu ketat malah membawa banyak dampak negatif;
Pada wanita bisa berhenti menstruasi & pria bisa susah ‘berdiri’ alias libido turun.
Rambut rontok serta bermasalah kulit dan kukunya, juga beresiko batu ginjal.
Diet yang kaku tidak fleksibel membuat depresi serta perilaku eating disorder;
Pikirannya penuh dengan makanan, lihat buku resep seperti gambar porno *studi
Dan kalau Cheating atau makanan yang dipantang jadi gila-gilaan berlebihan..
Jadi binge-ing atau banyak makan yang selama ini ditahan-tahan; lepas kontrol.
Lalu merasa bersalah dan menghukum diri, diet lebih ketat hingga berpuasa.
Puasa bukan niat ibadah malah kompensasi akibat kehilangan kendali.
Kendali atau will power itu terbatas, apalagi dipakai berkehendak diet ketat.
Sebaiknya diet tidak perlu berat-berat, cukup 80~90% udah bagus dan sempurna.
Malah mengejar kesempurnaan 100% perfect itu salah dan tak akan sukses.
Jangka panjang, diet yang tak fleksibel akan jadi senjata makan tuan: gagal.
Keberhasilan pola makan jangka panjang justru terletak dari fleksibilitas berdiet.
Silahkan jalankan pola makan yang mengutamakan makan sehat bergizi.
Tapi sesekali indulging, cukup 10~20% aja, tetap ada batasan agar tidak kebablasan.
Namun, makan enak jangan dilarang total diharamkan, asal bukan makanan yang bikin alergi, membuat sakit kumat, dll.
Jadi, usahakan mayoritas makan untuk kesehatan dengan nutrisi yang tinggi.
Ikuti pola makan dan gaya hidup sehat bernutrisi ala Pantang Diet (pantangdiet.com/prinsip-pantang-diet)
Batasi kalori dari karbohidrat khususnya yang prosesan dan olahan gula, kurangi lemak/minyak-minyak khususnya nabati.
Intinya, diet tak perlu berlebihan, nikmati hidup tapi tetap utamakan kesehatan.
Supaya pikiran tetap waras dan bahagia, jangan sampai stres berat (baca studinya)
*sumber studi ilmiahnya; https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15930436
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.