Kesepian dan Kesehatan

Saya mau cerita soal faktor X diluar nutrisi/pola makan yang juga berpengaruh pada kesehatan..

Ini terkait soal ‘kesepian’ & daya tahan tubuh kita/sistem imun juga.

Jika kita lihat manusia sedunia, semuanya bisa survive dengan beragam pola makan kan?

Liat aja suku-suku tradisional, ada yang bisa hanya makan daging atau mayoritas sumber makanannya hewani sedikit banget nabati kayak suku Inuit atau Eskimo dahulu kala dan Masai di Afrika.

Sebaliknya ada suku kitavan di selatan Pasifik yang rendah lemak tapi tinggi karbohidrat berserat, pati/umbi walau makan daging & ikan juga..

Malah ada suku Tokelau deket Selandia Baru yang konsumsi tinggi lemak, itu semua baik2 aja kan..

Namun perlu kita telusuri lagi,

Coba aja kita berimajinasi, hidup sebagai salah satu anggota suku tradisional jaman dulu.

Semua orang punya kontribusi dan makna, tujuan dia ada di dalam suku, misalnya di bagian medis, bertugas di konsumsi, pengumpul, berburu, keamanan, dll.

Banyak studi terkait dinamika komunitas, saya ngga mau sela dengan sumber2nya, silahkan cari sendiri yaa, saya mau lanjut cerita..

Dalam hidup bermasyarakat ini, kita berinteraksi dengan banyak orang anggota suku kita.

Dalam keramaian ini, sistem imun kita jadi lebih alert, menguatkan diri menjaga dari potensi penularan virus, infeksi bakteri, yang berasal dari orang lain di sekitar kita, pas berbicara, bersentuhan, berinteraksi, dll.

Sebaliknya, inflamasi rendah karena kita tau resiko cedera di dalam hidup bermasyarakat di lingkungan suku ini rendah, banyak support dan genetika kita bisa mendeteksi serta menyesuaikan.

Lalu, bayangkan jika suku kita ini diserbu suku lain yang lebih besar dan kuat!

Kita terpencar, berlari menyelamatkan diri, terpisah..

Kita kabur ke hutan, terisolasi sendirian, dan ekspresi genetika kita berubah!

Jadi fokus pada menyelamatkan diri, survival dari kemungkinan cedera, inflamasi bisa meningkat dan kronis, tapi sistem imun melemah karena jauh dari keramaian..

Level cytokines meningkat, misalnya yang pro-inflammatory kayak interleukin 1 beta, interleukin 6, dan interleukin 8, tumor necrosis factor alpha, semuanya adalah markers inflamasi di mayoritas sel2 yang naik bisa kronis juga..

Ini terjadi, karena tubuh kita lebih fokus pada survival, supaya jika tiba-tiba cedera di hutan, bisa lebih kuat menahan cedera itu hingga kembali normal.

Tapi efek fokus pada survival ini mengurangi longevity atau optimalisasi kesehatan dalam jangka panjang, penelitian pada beberapa hewan yang dipisahkan dari kumpulan, menjadi lebih rentan sakit degenerative seperti diabetes tipe 2 serta kardiovaskular.

Jenis penyakit yang dikaitkan dengan tingkat inflamasi tinggi yang kronis.

Termasuk inflamasi pada saraf seperti yang bikin depresi, kepikunan.

Inflamasi pada sistem cerna, dll.

Tapi, di saat kita berasa punya koneksi, saat punya tujuan atau makna dalam komunitas, itu meningkatkan daya tahan tubuh dengan menguatnya sistem imun untuk melawan antiviral, antibodi-antibodi jadi efektif, sel2 pemberantas pathogen kayak interferon jadi banyak, sedangkan inflamasi turun.

Selama ini kita ngomongin diet, gaya hidup, kurang gerak atau olahraga, isu toksin atau masalah detoks, biota usus, makro&mikro-nutrisi, tapi mungkin aja ada faktor X yang berkontribusi signifikan juga pada kesehatan, itu adalah isolasi sosial.

Di jaman modern ini kita bisa punya banyak media sosial, terkoneksi dengan mudah ke ribuan orang tapi tetap bisa merasa sendirian..

Seseorang bisa berada dalam keramaian, sedang bersama rekan atau bahkan keluarganya namun mengalami kesepian..

Beda dengan dinamika sosial di suku-suku tradisional atau di pedesaan, di kota orang bisa cenderung egois, hedonistik dan tidak berkontribusi pada lingkungan sekitarnya.

Tidaklah cukup kita punya posisi atau jabatan penting, banyak kenalan atau jaringan/network tapi tidak merasakan hubungan yang dekat/erat.

Lebih baik punya komunitas kecil tapi dengan rasa kebersamaan yang kuat.

Genetika kita bisa tau kita itu merasakan punya makna tidak dalam kebersamaan, atau malah merasa kesepian dalam keramaian..

Dan genetika ini mengekspresikan pro-inflammatory markers, pro-inflammatory cytokines yang sebabkan inflamasi, inflamasi kronis terkait dengan banyak penyakit..

Inflamasi di mitokondria dan inti sel bisa menggangu duplikasi jadi mutasi: kanker, inflamasi di pembuluh darah menyebabkan penyakit jantung (sakit kardiovaskular), di saraf menyebabkan kepikunan dan depresi, di sistem respirasi, dalam persendian, hingga ke organ yang bermasalah dengan otoimunitas, juga inflamasi pada sel-sel lemak, Liver & Pancreas bisa sebabkan diabetes..

Jika kita merasakan kesepian dan terisolasi, produksi sel2 B berkurang. Sel2 B adalah komponen dari sistem imun, bagian dari lymphocytes yang menjadi plasma cells memproduksi antibodies, jadi kalau merasa sendiri serta tidak berarti, antibodi kita menurun.

Tapi jika kita merasakan hubungan, memiliki makna atau tujuan yang lebih besar dari diri sendiri (demi sesama/masyarakat/komunitas) maka sel2 B kita meningkat, respon antibodi untuk melawan parasit atau bakteri jadi menguat.

Masalah isolasi sosial ini juga tidak hanya berdampak pada sistem imun, tapi juga kepada sistem endokrin, sistem cerna, dll.

Orang yang merasa kesepian atau sendiri bisa rawan leaky gut, masalah di pencernaan, hormon kortisol naik atau kalaupun normal terjadi desentisasi, reseptor kortisol kurang merespon, dll. Isu stres dan anxiety juga bisa terjadi, bahkan mulai dari bayi yang terpisahkan, macam-macamlah penelitiannya.

Yang intinya; faktor X ini berpengaruh signifikan pada kesehatan..

Sinyal2 sosial, stimulus dari suara atau sekedar ngobrol2 dengan orang tercinta, pandangan, sentuhan, bisa berpengaruh pada biokimiawi manusia (dopamine, serotonin) hingga ke hormonal, bahkan pcos atau soal reproduksi kayak ketidaksuburan bisa terkait dari adaptasi pada dinamika sosial ini..

Masih panjang sebenarnya bahasannya, kepada kesadaran, pengelolaan stres, kecerdasan emosional & sosial, dll.
Intinya:

Orang suka lupa soal feeling itu banyak terpicu dari interaksi,

Karena berhubungan dgn orang2 lah kita merasakan beragam perasaan dari yg positif hingga yg negatif seperti marah, ketidakadilan bikin kecemburuan sosial, iri, dll.. 

Namun juga,

Pertemanan, persahabatan dan rasa intimasi dengan orang tercinta serta keluarga bisa membantu boost positive feeling dan akhirnya ekspresi genetika pada sistem imun serta respons inflamasi seperti yg saya tuliskan di atas..

Plus, kita mesti memiliki makna hidup bahwa kita memberi arti dan kontribusi pada komunitas/masyarakat luas bukan hanya mengejar ambisi/obsesi pribadi aja itu juga..
Tapi intinya lagi, kedekatan dengan sahabat & keluarga itu penting, bahkan bisa berpengaruh juga pada kesehatan bukan hanya faktor makanan (diet/pola makan), tapi saya sambung nanti aja.. 
Sekarang saya tutup dulu dengan kutipan dari kutipan filsuf favorit saya:

Sebelum memikirkan mau makan apa (protein/lemak/karbo/dll), sebaiknya juga carilah teman makannya – Epicurus

*yang mau Meat Up bareng atau ketemuan sekedar menemani ngopi/ngeteh, silahkan ajak2 ya!

Let’s make friends…

**sumber: dr Bryan Walsh 

***sumbangan seikhlasnya untuk maintenance & support penulis ke rekening bca 3450150079