Opini PD: Puasa & Diet Ketogenik 

Pandangan Pantang Diet (PD2018) terhadap Puasa & Diet Keto serta Diet-Diet yang Lainnya:

Lupakan diet2 yg bikin stres, fanatik buta kayak agama, kalau beragama boleh beriman, tapi ilmu nutrisi itu harus sesuai ilmiah. Stres itu lebih bahaya daripada jenis makanan ini itu..

Bagian 19 eBook PD2018

Bagaimana dengan puasa dan diet ketogenik?

Materi ini ada juga di telegram.me/pantangdiet tadi (Instal aplikasi Telegram):

#teleminaRABU Pandangan PD2018 pada Puasa & Diet Ketogenik

Puasa itu bagus.. Tapi,

Tidak setiap hari!

Oleh karena, keajaiban puasa juga ada pas refeeding, nutrisi ketika makan setelah berpuasa itu malah yang penting.

Puasa manfaatnya akan mengistirahatkan sistem pencernaan, mereset sistem imun, dan autophagy/apoptosis membuat sel2 yang rusak dan tidak sehat diperbaiki atau dimatikan.

Setelah pembersihan internal, organ-organ menyusut, lemak di fatty liver, fatty pancreas berkurang, bahkan otot termasuk jantung bisa ikutan mengecil, semua sel-sel dan jaringan yang berlebihan atau rusak dihancurkan/recycle. 

Setelah berpuasa, kita butuh nutrisi untuk membangun kembali sel-sel sehat, sistem imun yang rusak (otoimun) yang menyerang organ sendiri diganti dengan sel-sel yang baru, organ-organ jadi normal dan seperti baru lagi, direset ulang itu butuh gizi yang memadai di fase saat refeeding atau kondisi selesai/berhenti puasa.

Dan manfaat puasa lainnya adalah bisa  menghasilkan keton sebagai substitusi gula di otak, sebagian saja (karena otak tetap butuh gula walau ketosis, keton tidak bisa menjangkau neuron terdalam di otak) tapi keton sendiri bersifat protektif serta berguna untuk otak, makanya bagus bagi yang bermasalah dengan saraf, epilepsi misalnya.

Diet Keto dibuat utk orang epilepsi karena mereka tidak bisa harus puasa selamanya, tapi mesti makan asup kalori, dibuatkan diet Keto yang menyerupai kondisi berpuasa dengan menghasilkan keton tanpa harus berpuasa terus tapi tetap bisa makan (tinggi lemak, rendah karbohidrat). 

Masalahnya diet keto ini tidak bisa memicu keton setinggi seperti puasa dan bisa berbahaya jika dilakukan terus menerus dalam jangka panjang.

Puasa pun kan kita tidak boleh setiap hari sepanjang tahun, maksimal selang seling.

Dan PD2018 tetap  menganjurkan puasa tapi tidak menyarankan diet Ketogenik, karena kemungkinan yang kurang baik/rawan sakit.

Pada studinya, berpuasa seminggu lalu makan biasa ala Mediterranean (makan ikan, daging, buah & sayur, zaitun) selama setengah tahun itu efektivitasnya jauh melebihi diet ketogenik selama 6 bulan!

Sekali lagi, riset menunjukkan bahkan diet ketogenik selama 6 bulan tidak bisa menyamai efek positif berpuasa seminggu saja lalu pola makan biasa itu lebih baik daripada diet keto yang berbulan-bulan. 

Jadi buat apa diet keto berbulan-bulan kalau efektivitasnya bisa dikalahkan dengan berpuasa beberapa hari?

Di alam ini ada musim panas dan musim dingin, kondisi ketosis itu mirip musim dingin, seperti beruang & tupai yang berhibernasi andalkan lemak selama musim dingin dan tubuhnya jadi semi diabetes atau resistensi insulin sementara.

Tapi begitu musim panas tiba, saatnya rejuvenasi, bahkan beruang pun makan buah-buahan dan madu, berhenti ketosis, aktif kembali di musim panas, diabetesnya hilang, metabolisme naik.

Manusia juga ketika malam tiba, beristirahat tidur membakar lemak dan memproduksi keton, walau pola makan apapun, malam tetap bisa ketosis ringan.

Tapi diet ketogenik yang ketinggian lemak malah cenderung malnutrisi, bisa defisiensi gizi yang banyak ada di protein hewani, karena kalau protein tinggi sedikit aja, ketosis berhenti, jadi pelaku diet keto takut mengkonsumsi protein, padahal disitulah banyak nutrisi, termasuk takut karbohidrat sehat seperti buah yang tinggi gizi khususnya polyphenol yang tiga ada dari sumber hewani, vit C dan kalium sitrat yang alami.

Kondisi ketotic pada manusia pun sepanjang sejarah hanya bersifat sementara dan cyclical atau bersiklus tidak terus menerus dalam ketosis.

Tidak ada suku di dunia manapun yang konstan berpola makan ketogenik, bahkan suku Inuit pun konsumsi tinggi protein sehari bisa berkilo-kilogram protein hewani serta genetika nya bermutasi tidak bisa masuk kondisi ketosis.

Semua populasi dunia yang sehat berumur panjang (bluezones: Okinawa, Sardinia, Ikaria, Kostarika, Lomalinda) semuanya pemakan karbohidrat sehat seperti buah dan sayuran, makan daging, ikan, susu, telur, minyak zaitun, tidak ada populasi yang rendah karbohidrat selamanya kecuali suku Inuit, itu pun mereka tidak berketosis.

Kondisi ketosis itu dimasuki jika manusia makan kurang kalori (kelaparan berhari-hari) alias berpuasa, kurang karbohidrat dan protein seperti pada musim dingin, atau olahraga berat tapi manusia sangat mudah keluar dari kondisi ketosis hanya dengan konsumsi karbohidrat atau protein alias cukup dapat makan.

Jadi manusia itu dalam sejarahnya hanya ketosis sementara saja hanya jika dibutuhkan, misalnya jika sakit atau terluka, seperti binatang saja, nafsu makan hilang atau berkurang, malas makan inginnya berpuasa karena puasa itu membantu penyembuhan,

Serta disaat refeeding nanti ketika nafsu makan kembali, asupan nutrisinya akan sangat menyembuhkan/terapi dibanding mereka yang selalu makan tidak pernah puasa sama sekali itu juga tidak baik.

Tapi diet keto yang dibuat utk penderita epilepsi itu, telah tercatat memiliki beberapa dampak buruk setelah bertahun-tahun kembali diteliti, banyak efek negatif yang terjadi pada mereka/pasien epilepsi ini setelah bertahun-tahun diriset.

Jika terlalu lama rendah karbohidrat, bisa memicu efek adrenaline fatigue, gangguan tiroid, emosi tinggi alias stres karena gula darah yang rendah dan insulin yang bermasalah (tidak efisien) mudah diabetes. 

Awalnya diet rendah karbohidrat itu bisa juga bermanfaat, mengurangi banyak toksin dari makanan yang dipantang khususnya ala PANTANG.

Di tahap awal, ada hormon glukagon, adrenalin naik, kortisol tinggi itu memicu glukoneogenesis agar gula darah tidak akan pernah nol, untuk otak.

Lama-lama, kortisol mulai meningkat, selama beberapa tahun berasa fit tapi akan jadi suka sensitif otaknya, mudah tersinggung, nyinyir atau marah-marah, kurang tidur tapi masih beropini tidur itu tidak perlu lama-lama, sudah mulai stres.

Akhirnya (bisa hingga puluhan tahun) kalau terus andalkan hormon stres untuk menjaga gula darah selalu ada (tidak akan pernah nol dengan glukoneogenesis) maka kortisol akan burn-out, berasa mudah lelah, bangun tidur tidak segar, metabolisme drop, butuh olahraga untuk genjot metabolisme, sayangnya karena kurang glikogen, konversi hormon tiroid t3 yang aktif dari t4 jadi kurang, sehingga menurun metabolisme, gangguan tiroid ini cirinya kolesterol tinggi secara berlebihan > 300, kolesterol LDL juga cenderung meningkat.

Apalagi jika diet rendah karbohidrat juga kurang yodium, misalnya malah pakai garam himalaya lah, garam sea salt, padahal garam beryodium itu udah membantu banyak orang sedunia, segitu pentingnya yodium dan kesehatan tiroid banyak negara-negara di dunia menggunakan garam beryodium, lebih bagus lagi juga mengandung kalium untuk bantu sensitivitas insulin.

Kalium ini bentuk alaminya banyak di karbohidrat sehat seperti buah dan sayuran masak (sayur mentah tinggi goitrogen malah hambat penyerapan yodium) sayangnya banyak diet rendah karbo takut sama buah, akhirnya kurang kalium, defisiensi vitamin C & E, di jangka panjang terjadi kerusakan fungsi sintetis kolagen, jadi pembuluh darah rentan rusak, ditambah kurang kalsium dari dairy misalnya maka penting juga konsumsi susu/keju plus berjemur karena vitamin D dibutuhkan untuk regulasi kalsium, juga vit K2 yang kebetulan ada di daging, ikan, seafood, serta keju, dll. Ala DIET. 

Saran saya untuk yang  intermittent fasting, bagi yang kegemukan sebagai sarana pengurangan kalori, bisa makan hanya 2~3 kali skip salah satu sarapan/lunch/dinner atau makan bisa aja 4~5 kali tapi porsi kecil dan tetap berhenti makan 3~4 jam sebelum tidur. Ini bukan puasa, hanya pengurangan kalori biasa.

Yang dimaksud puasa disini adalah yang bisa menghasilkan keton tinggi melebihi diet keto, misal dengan minimal 2~3 hari untuk wanita dan pria biasanya butuh waktu 3~4 hari baru ketosis tinggi, dan diperpanjang untuk dapat efek terapi keton beberapa hari jadi puasanya minimal 5 hari hingga 3 minggu atau lebih kalau kuat, boleh tetap asup kalori <500~750 kcal sehari (misalnya pakai sahur & berbuka dikit aja) dilakukan setahun hanya beberapa kali dan dikasih jarak sebulanan hanya untuk terapi misalnya yang obesitas, diabetes, hipertensi, dan kanker.

Jadi puasa itu sangat  bermanfaat sehat, salah satunya dari rejuvenasi, pembangunan kembali jaringan sel2 yang rusak menjadi seperti baru lagi dengan syarat konsumsi tinggi nutrisi di saat sudah selesai puasanya.

Puasa & refeeding itu seperti renovasi rumah, dimana pas puasa dibersihkan dan dihancurkan ruangannya, ketika makan/refeeding dibangun kembali kamar yang baru dan bagus dengan bahan bangunan berupa gizi dari makanan.

Sedangkan diet keto yang kelamaan itu, produksi keton malah semakin berkurang dan rendah, defisiensi nutrisi bisa terjadi jika selalu takut asup protein, tulang keropos dari mineral yang terpakai untuk buffer asam keton yang terus menerus, organ menyusut termasuk jantung dan otot (atropi) serta stres makin tinggi, ingat gula itu anti stres, makanya selesai berpuasa disarankan makan kurma, itulah hikmahnya!

Makanya ada siklus, puasa dan makan, musim dingin dan musim panas, berhibernasi untuk perbaikan badan dan konsumsi buah buahan manis untuk aktivasi sinyal peningkatan metabolisme, penurunan stres, happy in the summer!

Itulah pandangan PD2018, kita berpuasa boleh aja tak perlu lama-lama, ibarat bulan ramadhan cukup setahun sekali berpuasa lama, atau kalau sehari-hari kita boleh puasa seminggu dua kali aja itulah yang optimal, sedangkan ajaran diet ketogenik basic-nya adalah pola makan yang berusaha meniru efek puasa, tapi keton malah sedikit, untuk apa kita diet keto setiap hari sepanjang tahun, tidak disarankan. 

Puasa cukup seminggu saja efeknya lebih baik dari diet ketosis selama 6 bulan! Mendingan puasa. 

Nanti akan dibahas, apa saja efek samping diet Ketogenik, selama ini kita banyak dengar dampak positifnya, sebenarnya itu amat terkait erat dengan penurunan berat badan aja, diet apapun bisa efek positif seperti itu asal berat (lemak) badan & organ berkurang, masalahnya diet ketogenik yang berkepanjangan akan membawa potensi resiko yang tidak reversible, awas, hati-hati saja yaa!

Sekian dulu, semoga tidak ada yang marah atau tersinggung, ini hanya opini saya bukan dokter dan saya tidak memberikan advis medis, silahkan dipelajari lebih dalam, semoga bermanfaat!
Jadi, kondisi ketosis itu bisa utk terapi tapi tidak untuk jangka panjang (jadi intoleransi karbohidrat seperti orang diabetes, kemasukan karbo gula darah melonjak tinggi, serta bisa kurang gizi kalau tidak hati2) hanya opini aja, tak perlu setuju..
Intinya: kondisi ketosis mendalam seperti pada puasa bagus, tapi cukup untuk terapi sementara saja, tapi tidak sebagai pola makan selamanya, karena pola makan yang terbaik adalah; cukup nutrisinya serta turunkan stres alias, harus bikin happy! Hahaha 😂 😁

Ringkasan #teleminar, banyak revisi khususnya typo, juga dituliskan sebagai materi ebooknya PD2018 yang dibroadcast via wa, daftar ke nomer 087878105050 kalau mau yaa!
Sumber studi dari jurnal ilmiah:

https://www.nature.com/articles/nrn.2017.156?WT.mc_id=FBK_NatureReviews