Penyebab Kegemukan Bukan Karbohidrat dan/atau Gula


Pola makan rendah karbohidrat atau diet keto sedang tren, bisa turunkan berat badan dan memperbaiki kesehatan, memang benar bisa digunakan, tapi Low-Carb bukanlah satu-satunya cara diet yang tepat.

Bahkan ada diet namanya rice diet yang konsumsi hanya nasi, buah dan gula (dr. Walter Kempner, Newberg et al.) berhasil menurunkan berat badan ratusan orang sebanyak minimal 45 kilogram hingga rata-rata 64 KG dan bisa menyembuhkan diabetes juga!

Dan ketika negara Kuba dilanda krisis ekonomi awal tahun 90-an, banyak yang miskin jadi susah bensin seringnya jalan kaki serta makan kebanyakan makanan murah paling banyak makan nasi serta gula tebu meningkat konsumsi sampai 28% tapi obesitas berkurang hingga setengah dari populasi negara itu (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12027275)

Suku-suku tradisional seperti Hadza di Tanzania, Mbuti di Kongo serta Kuna di Panama yang berpola makan tinggi konsumsi madu, gula, serta makanannya mayoritas karbohidrat, mereka sangat jarang kegemukan, rata-rata beratnya ideal.

Jadi penyebab kegemukan bukan karena karbohidrat atau gula, menurut statistik yang di grafik, malah terjadi penurunan konsumsi karbohidrat dan gula sementara tingkat obesitas terus meningkat.

Yang menyebabkan kegemukan adalah konsumsi kalori yang tinggi, orang obesitas makan berlebihan sekitar 20-35% lebih banyak dari orang normal (http://doi.org/10.1038/ijo.2012.172) dan meta-analisa puluhan studi membuktikan bahwa kelebihan berat badan memang akibat kebanyakan makan (surplus kalori).

Dan kegemukan bukan dari faktor hormon insulin karena sudah diteliti beragam kondisi insulin dari banyak peserta risetnya, semuanya yang memang karena nafsu makan yang tinggi, konsumsi kalori jadi berlebihan padahal kurang gerak.

Dari data tampak yang meningkat adalah konsumsi lemak tambahan, itu dalam bentuk minyak, margarin, dll. Dan banyak di makanan modern prosesan pabrik, snacks, junk-food, fast-food, gorengan, kue, cemilan.

Tapi tetap saja sudah diuji coba juga oleh profesor nutrisi, walau hanya makan cemilan saja seperti ciki2an, (the twinkie diet) tetap bisa turunkan berat badan asalkan konsumsi kalorinya dihitung (dikurangi jadi defisit sehingga sebagai tambahan sumber tenaga tubuh membakar cadangan energi di lemak badan).

Jadi kuncinya, ada di apestat atau nafsu makan yang mempengaruhi seberapa banyak manusia bisa konsumsi kalori, selain ada pengaruh genetika juga lingkungan tapi tidak se-signifikan asupan makannya, jadi yang mesti di-set adalah apestat atau menyetel nafsu makan ini, terlepas dari diet apapun.

Diet rendah karbohidrat, rendah lemak atau apapun bisa digunakan untuk menurunkan berat badan, memperbaiki kesehatan, tapi yang terbaik adalah yang bisa dijalankan dalam jangka panjang, itu yang tak semua orang bisa mempertahankannya.

Dan parahnya, kalau berhenti dietnya, tidak seketat dulu, maka nafsu makan akan naik tinggi, sel-sel lemaknya yang mengecil tapi makin banyak akan mendorong seseorang untuk meningkatkan konsumsi kalori, menurunkan metabolisme, dan mempercepat kenaikan berat badan kembali.

Jadi solusinya, carilah pola makan yang cocok dilakukan seumur hidup, menurut studi bukanlah yang rendah karbohidrat atau rendah lemak, tapi pola makan sehat seperti yang di area Mediterranean, konsumsi protein seperti daging, ikan, telur, dan susu/keju, karbohidrat seperti sayur serta buah secukupnya dan lemak sehat seperti minyak zaitun.

Sesekali berpesta (feast) bersama teman, tetangga, dan keluarga tapi juga suka berpuasa (fast) tidak sering makan/ngemil sepanjang hari, yang bisa dengan mudah dilakukan jika nafsu makan (apestat) sudah tersetel dengan baik. Baca ebooknya PD 4.0 untuk empat teknik menyetel nafsu makan pesan via WhatsApp 087878105050 juga mesti konsultasi (harga seikhlasnya saja!) Salam Sehat